Saturday, July 9, 2011

Cahaya untuk melihat kebenaran

Assalamualaikum. InsyaAllah post kali ini dikongsikan tafsir surah Al-An'am, ayat 122-123.

"Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap-gelita yang sekali-kali tidak dapat keluar darinya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan"
-Al-An'am, ayat 122-

Ayat ini menunjukkan perumpamaan Allah untuk orang mukmin yang dahulunya dalam kesesatan lalu Allah menghidupkan hatinya dengan keimanan, memberi petunjuk dan memberi taufiq kepadanya untuk mengikuti para RasulNya. Ulama tafsir ada yang menyatakan bahawa cahaya itu adalah AlQuran, dan ada mengatakan cahaya itu adalah Islam, kedua-duanya benar menurut Imam Ibnu Katsir.

Rasulullah s.a.w bersabda, "Sesungguhnya Allah menciptakan makhlukNya dalam kegelapan, kemudian Allah memercikkan cahayaNya kepadanya. Barangsiapa yang mendapatkan cahaya itu, maka ia mendapat petunjuk, dan siapa yang tidak mendapatkannya, maka ia tersesat."
-riwayat Ahmad, shahih menurut al-Albani-

Banyak ayat-ayat dalam Al-Quran yang menyebutkan perumpamaan orang mukmin dan orang kafir. Contohnya ayat 24 surah Hud, "Perbandingan kedua golongan itu seperti orang buta dan tuli dengan orang yang dapat melihat dan mendengar. Adakah kedua golongan itu sama keadaan dan sifatnya? Maka tidakkah kamu mengambil pelajaran?"

"Demikianlah Kami jadikan orang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan." Allah jadikan mereka menganggap apa yang mereka lakukan itu sebagai baik, sedangkan kesesatan mereka itu merupakan ketentuan dan kebijaksanaan Allah Taala.

"Dan demikianlah Kami adakan pada tiap-tiap negeri penjahat-penjahat yang terbesar agar mereka melakukan tipu daya dalam negeri itu. Dan mereka tidak memperdaya melainkan dirinya sendiri, sedang mereka tidak menyedarinya"
-surah Al-An'am, ayat 123-

Sambungan dari ayat pertama diatas, maka Allah menyatakan ketentuannya bahawa akan ada golongan penentang yang akan memusuhi Islam, sebagaimana para Rasul terdahulu diuji. Sebagaimana firmanNya, "Dan seperti itulah, telah Kami adakan bagi tiap-tiap Nabi, musuh dari (kalangan) orang-orang yang berdosa"
-surah Al-Furqaan, ayat 31-

Mujahid dan Qatadah menyatakan 'penjahat-penjahat yang terbesar' itu adalah golongan para pembesar (Ath-Thabari). Ibnu Katsir pula mengatakan dengan firman Allah dalam surah Saba', ayat 34-35,
"Dan Kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi peringatan pun, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata, 'Sungguh, kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya.' Dan mereka berkata, 'Kami lebih banyak mempunyai harta dan anak-anak (daripada kamu) dan kami sekali-kali tidak akan diazab.'"

Begitu juga firman dalam surah az-Zukhruf, ayat 23. Ibnu Katsir menyatakan, maksud 'makar' (tipu daya) itu adalah ajakan mereka kepada kesesatan dengan perkataan dan perbuatan yang indah-indah. Kemudian Allah berfirman, "Dan mereka tidak memperdaya melainkan dirinya sendiri", yang menunjukkan bahawa keburukan tipu daya mereka itu lambat laun akan kembali kepada diri mereka sendiri.

Semoga dengan perkongsian ini bermanfaat buat semua sahabat. Semoga kita dibukakan hati oleh Allah untuk menerima Islam dengan sebaiknya, dan ditunjukkan kita akan kebenaran yang hakiki. InsyaAllah ^^

"Katakanlah yang benar walaupun ianya pahit"

No comments:

Post a Comment